Dulu ketika masih duduk di sekolah dasar, saat menyanyikan lagu wajib nasional " Desaku (yang kucinta)" ciptaan: L.Manik yang liriknya seperti di bawah ini :
DESAKU (yang kucinta)
Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai
atau juga pada lagu
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata
Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya
Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi
yang terbayang adalah kampung halaman berupa desa dengan rumah-rumahnya yang sederhana, baik yang permanen atau semi permanen. Dengan hamparan sawah yang menghijau dan menguning. Ada pematang sawah untuk menuju ke rumah dan jalan raya. Ada bukit-bukit hijau yang memberi angin bukit yang sejuk. Ada suara burung, ada bebek-bebek bermain di air, kerbau yang tengah berendam di sungai, air gemericik nan jernih. Duh, damainya hidup di desaku.
Nah, view tentang desa itu akhirnya saya dapat (minimal bagi saya sendiri), pada sebuah desa di dusun Girimukti, Desa Campaka, Kecamatan Cibeber, Kab Cianjur, Jawa Barat. Lokasinya sebenarnya berdekatan dengan lokasi bencana tanah longsor yang menelan korban 13 jiwa di kawasan yang sama (14/11/2008). Hanya jaraknya sekitar 10 km dari lokasi bencana.
View tentang Indonesia ini saya dapat manakala saya berjalan kaki menyusuri rel kereta yang menghubungkan kota Bandung dan Sukabumi (view dari atas rel juga menentramkan hatiku) untuk menuju tempat bencana. Gimana nggak bikin kangen akan desa atau kampung halaman (Indonesia), bila melihat view desa seperti foto di atas ini.
Photo by Daniel Supriyono
No comments:
Post a Comment